Menteri Koperasi (Menkop) Ferry Juliantono bicara kendala utama dalam pembentukan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih. Di antaranya yakni masih banyak desa yang belum teraliri listrik dan belum terkoneksi dengan internet.
Menkop mengungkapkan, dari hasil proses pembentukan Kopdes Merah Putih, ditemukan sejumlah persoalan mendasar terkait infrastruktur dan data.
“Di dalam proses pembentukan Kopdes Merah Putih secara legalitas kami menemukan banyak hal yang sangat fundamental. Pertama, kami masih mendapati masih banyak sekali desa yang belum punya listrik. Ada belasan ribu desa yang tidak terkoneksi dengan internet,” kata Ferry dalam acara yang bertajuk ‘1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran’ di Jakarta Selatan, Kamis (16/10).
Selain itu, Ferry juga menyoroti belum tersedianya basis data desa yang komprehensif untuk menggambarkan profil, potensi, kebutuhan, dan aset yang dimiliki setiap desa.
“Padahal kami sebenarnya butuh tentang basis data dari data yang ada. Kami merujuk ke BPS, kami belum mendapatkan basis data yang bisa menunjang kegiatan dari Koperasi Desa dan kelurahan padahal itu penting,” tutur Ferry.
Sebagai solusi sementara, Ferry menyatakan pihaknya sedang dalam tahap mengembangkan sistem pemetaan dan pengumpulan data secara mandiri.
“(Pihaknya) bikin sistem sendiri, kita terbangkan drone, kemudian kita bisa mendapatkan data geospasial yang bisa menyajikan semua informasi geospasial. Kemudian kita melakukan proses pengumpulan data di lapangan dengan melatih orang-orang desa tersebut,” jelasnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM akan melaksanakan program Listrik Desa (Lisdes) untuk periode 2025 hingga 2029 untuk meningkatkan akses listrik pada daerah terluar, terdepan, tertinggal (3T).
Program ini menargetkan elektrifikasi untuk 5.758 desa, dengan penyambungan listrik bagi sekitar 1,2 juta rumah tangga. Target ini sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) tahun 2025-2034.
Wakil Menteri ESDM Yuliot menyampaikan program Listrik Desa diprioritaskan bagi rumah tangga di desa-desa dengan ketertinggalan akses, tantangan geografis, dan kebutuhan sosial tertinggi.