
KELUARGA seorang prajurit Israel yang ditawan Hamas menyatakan bahwa sandera tewas akibat serangan udara yang dilakukan pasukan Israel sendiri selama agresi di Gaza.
Tamir Nimrodi, yang jenazahnya dipulangkan ke Israel pada Selasa (14/10) sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, ditangkap dalam keadaan hidup oleh pejuang Palestina pada 7 Oktober 2023.
Menurut keterangan keluarga serta Forum Sandera dan Keluarga Hilang, ia meninggal saat berada dalam penahanan akibat pengeboman oleh militer Israel.
"Tamir diculik hidup-hidup dari pangkalannya dan tewas akibat pengeboman IDF (tentara Israel) dalam penahanan," demikian bunyi pernyataan forum tersebut dikutip MEE, Kamis (16/10).
Militer Israel mengonfirmasi bahwa Nimrodi ditangkap dalam kondisi hidup dan meninggal pada fase awal perang, tetapi tidak menyebutkan penyebab kematiannya secara spesifik.
Sejumlah tawanan Israel diyakini turut tewas akibat serangan udara dan tembakan dari pasukan negara mereka sendiri sepanjang konflik.
Nimrodi termasuk di antara tiga tawanan yang dinyatakan meninggal dan jenazahnya dikembalikan oleh Hamas pada Selasa (14/10), menyusul pemulangan empat jenazah lain sehari sebelumnya. Penyerahan jasad tambahan dijadwalkan berlangsung pada Rabu (15/10).
Hamas juga berkomitmen untuk menyerahkan 21 jenazah tawanan lain Israel setelah berhasil ditemukan, meskipun terdapat kekhawatiran sebagian dari mereka mungkin tidak lagi dapat ditemukan.
Seorang sumber senior Hamas mengatakan kepada Middle East Eye pada Selasa (14/10) bahwa publik Israel harus meminta pertanggungjawaban Netanyahu, kabinetnya, dan tentara Israel atas pembunuhan para sandera ini dan hilangnya jasad mereka di bawah reruntuhan.
"Akibat perang genosida yang dilakukan oleh Israel, banyak sandera tewas bersama dengan pengawal perlawanan Palestina mereka dan komunikasi terputus dengan beberapa unit yang bertanggung jawab atas jasad mereka," ujarnya.
Sumber tersebut menambahkan bahwa Hamas saat ini terus berupaya menemukan dan mengevakuasi mereka.
Pada Senin (13/10), Hamas membebaskan 20 tawanan Israel yang masih hidup, sementara Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa perang berakhir.
Sebagai bagian dari kesepakatan, sekitar 2.000 tahanan Palestina dibebaskan. Selain itu, jasad sekitar 400 warga Palestina akan dipulangkan ke Gaza sebagai imbalan atas pengembalian para tawanan Israel yang meninggal.
Hingga saat ini, Israel menyerahkan sekitar 45 jenazah warga Palestina. Sumber medis mengatakan kepada MEE bahwa sebagian dari jasad itu menunjukkan tanda-tanda penyiksaan, eksekusi, atau dilindas kendaraan lapis baja, sementara lainnya ditemukan dalam kondisi kehilangan anggota tubuh.
Pelanggaran gencatan senjata Israel
Pada Selasa (14/10) pagi, Israel mengancam akan menarik sebagian komitmennya dalam perjanjian gencatan senjata yang bertujuan mengurangi blokade di Gaza, dengan alasan dugaan keterlambatan Hamas dalam menyerahkan jenazah tawanan Israel yang telah meninggal.
Media lokal melaporkan bahwa pemerintah Israel tengah mempertimbangkan untuk menutup perlintasan Rafah dengan Mesir dan membatasi secara drastis akses bantuan kemanusiaan.
Selain itu, Israel dikabarkan memberi tahu Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa tidak akan ada pasokan bahan bakar atau gas yang diizinkan masuk ke Gaza, kecuali untuk kebutuhan yang dinilai penting bagi infrastruktur kemanusiaan.
PBB merespons dengan mendesak Israel agar segera membuka kembali perlintasan Rafah.
"Kita perlu membuka semua perlintasan. Semakin lama Rafah ditutup, semakin panjang penderitaan rakyat Gaza, terutama mereka yang mengungsi di selatan," kata juru bicara PBB Ricardo Pires pada Selasa (14/10)
Setelah pembebasan tiga tawanan Israel pada Selasa malam, negara itu diperkirakan akan melanjutkan pelaksanaan perjanjian. Sekitar 600 truk bantuan dijadwalkan masuk ke Jalur Gaza pada Rabu.
Meski demikian, perlintasan Rafah diperkirakan tetap ditutup sampai persiapan logistik untuk pembukaannya kembali selesai. Infrastruktur pos lintas batas tersebut hampir seluruhnya hancur akibat operasi militer Israel di wilayah Rafah.
Ancaman tersebut muncul di tengah laporan otoritas Palestina di Gaza bahwa telah terjadi sedikitnya 27 pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata, termasuk kematian tujuh orang pada Selasa lalu. (I-2)