Pelaporan Keberlanjutan Dorong Perusahaan Bersaing dalam Perekonomian Hijau

Ilustrasi(Dok ist)

HARMONISASI standar pelaporan keberlanjutan secara global dinilai penting untuk mendorong organisasi atau perusahaan menyesuaikan diri terhadap tuntutan global.

Berdasarkan perkembangan regulasi internasional, standar pelaporan keberlanjutan global itu antara lain mencakup IFRS S1-S2, TCFD, GRI Standards, serta ASEAN Taxonomy, menuntut pengungkapan yang semakin terukur, terbandingkan, dan digunakan nyata oleh pemangku kepentingan.

“Perusahaan perlu menyesuaikan diri pada tuntutan global yang semakin terukur dan dapat diperbandingkan,” ungkap Chairman Board of Trustee National Center for Corporate Reporting (NCCR) Bambang PS Brodjonegoro secara virtual pada ajang penganugerahan Asia Sustainability Reporting Rating (Asrrat) 2025 di Nusa Dua, Bali, Jumat (28/11/2025).

Menurut dia, laporan keberlanjutan sangat relevan untuk mengukur daya saing organisasi atau perusahaan di tingkat regional dan internasional. “Melalui data yang kuat, konsisten, dan selaras dengan standar global, laporan keberlanjutan bisa jadi alat strategis bagi organisasi dalam menghadapi transisi ekonomi dan tantangan keberlanjutan,” tegasnya.

Untuk itu, jelas Bambang, penganugerahan Asrrat amat penting sebagai mekanisme penilaian independen yang mendukung peningkatan mutu laporan organisasi atau perusahaan dari tahun ke tahun.

Asrrat 2025 yang digelar NCCR bersama dengan Institute of Certified Sustainability Practitioners (ICSP) ini sudah memasuki tahun ke-21. Sebagai platform penilaian kualitas laporan keberlanjutan di Asia, Asrrat 2025 kali ini diikuti 82 perusahaan dan/atau organisasi, yaitu 78 dari Indonesia (termasuk 3 entitas sektor publik) serta 4 entitas dari luar negeri (Bangladesh 1 entitas dan Filipina 3 entitas).

Executive Director NCCR Ali Darwin menyampaikan laporan keberlanjutan kini menjadi elemen utama praktik bisnis bertanggung jawab. Perusahaan tak hanya dituntut memenuhi persyaratan teknis, tapi juga menunjukkan komitmen jangka panjang dalam mengelola dampak material.
“Laporan keberlanjutan saat ini sudah jadi fondasi akuntabilitas dan kepercayaan,” ungkap Ali.

Ali menambahkan kualitas pengungkapan bakal mempengaruhi kepercayaan investor, akses pembiayaan, serta kemampuan perusahaan bersaing dalam perekonomian hijau.

“Mutu pengungkapan yang baik akan menentukan kredibilitas perusahaan, sekaligus membuka peluang pembiayaan berkelanjutan dan memperkuat daya saing ke depan,” terangnya.

Prof Sylvia Veronica Siregar selaku Chairperson Board of Director ICSP dan Chairperson Asrrat Jury Committee 2025 menambahkan pada tahun ini terdapat peningkatan kualitas laporan keberlanjutan dari peserta.
Namun, dia menekankan penilaian tetap merujuk pada GRI Standards 2021 serta ketentuan relevan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan fokus pada kelengkapan, keseimbangan, dan akurasi informasi.

“Asrrat tidak mencari juara, tetapi mendorong organisasi untuk menilai kualitas laporan keberlanjutannya dan terus memperbaikinya dari tahun ke tahun,” jelasnya.

Sylvia juga mengapresiasi partisipasi 16 peserta baru yang menunjukkan semakin luasnya adopsi praktik laporan keberlanjutan di berbagai sektor.
"Assurance tidak diwajibkan bagi semua peserta, tapi jadi pertimbangan tambahan dalam evaluasi komprehensif di tingkat penghargaan tertinggi (platinum rating)," terangnya.

Asrrat 2025 ialah bentuk apresiasi, pembelajaran dan refleksi mengenai perkembangan laporan keberlanjutan di Asia. Dengan mekanisme penilaian rating dan penyerahan feedback penilaian atas laporan keberlanjutan seperti scorecard, Asrrat terus mendorong peningkatan kualitas laporan keberlanjutan secara konsisten selaras standar penilaian dan praktik keberlanjutan di tingkat global. (H-2)