
ANGGOTA Komisi VI DPR RI, Asep Wahyuwijaya, turut menyoroti langkah Garuda Indonesia mengangkat dua WNA sebagai anggota dewan direksi. Menurutnya, hal tersebut lazim dicoba dilakukan untuk membuka ruang kompetensi dan sebagai langkah menuju BUMN berkelas dunia.
"Menurut hemat saya, di era yang sudah terbuka dan tak ada sekat lagi ini, sikap kita untuk open mind dan thinking out of the box harus dibiasakan," kata Asep dalam keterangan tertulis, Jumat (17/10).
Menurut Asep, pengangkatan WNA yang sudah profesional, akan membuka ruang kompetensi di tubuh perusahaan-perusahaan pelat merah. Hal tersebut juga sebagaimana WNI yang dapat berkarir dan menjadi profesional di luar negeri, menjadi bagian dari warga dunia.
"Masa kita harus menolak warga asing jadi profesional di BUMN? Jika kita ingin menjadikan BUMN ini sebagai perusahaan berkelas dunia, salah satu yang bisa dilakukan adalah belajar dari profesional kelas dunia untuk menjadi direksinya juga kan?," kata Asep.
Asep menggarisbawahi terkait kualifikasi WNA yang ditunjuk sebagai direksi harus terbukti, variabel kompetensi dan profesionalitasnya harus amat mumpuni, serta rekam jejak prestasinya pun harus terang benderang. Prinsip meritokrasi harus dijadikan patokan yang prinsipil.
"Jadi, secara pribadi saya memahami itikad baik Presiden Prabowo dan Danantara pasti pada sisi ini penempatan direksi yang WNA ini dilakukan," tandasnya.
Selain itu, kata Asep, jika pengangkatan direksi asing di BUMN dilakukan karena pertimbangan merit-system (kecakapan, kemampuan dan profesionalitas), maka proses transfer keahlian dan kapasitas dengan sendirinya tentu harus dilakukan.
"Membangun tradisi atau budaya perusahaan yang comply dengan perkembangan industri kedirgantaraan di dunia harus menjadi PR besar yang bisa diselesaikan," tegasnya.
Saat ini kondisi Garuda Indonesia memang memerlukan penanganan khusus. Jika kebijakan penempatan direksi asing ini berhasil, maka akan menjadi role model dalam proses transformasi di tubuh BUMN secara keseluruhan.
"Apabila di kemudian hari ternyata proses perbaikan dan transformasi di BUMN yang termegap-megap seperti Garuda berhasil dilakukan, karena kontribusi dari tangan dingin para profesional asing ini, maka sesungguhnya hal itu tentu akan menjadi tamparan keras bagi para profesional BUMN di tanah air. Para direksi BUMN yang WNI tapi tak mampu harus siap-siap digantikan oleh para profesional dari luar," urainya.
"Saya kira pada titik ini, proses exercises layak untuk dilakukan. Jika berhasil, maka pilihan Presiden Prabowo dan Danantara yang memilih profesional asing dalam mengelola BUMN adalah langkah yang jitu," tegas Asep. (H-3)