Penguatan Tari Kontemporar bagi Generasi Muda sebagai Jantung Destinasi Pariwisata

Ilustrasi(Dok Universitas Mercu Buana)

DOSEN dan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi serta Fakultas Desain dan Seni Kreatif Universitas Mercu Buana berkolaborasi dengan pelaku seni Benni Krisnawardi dan Firman Hidayat Mahmud. Melalui kolaborasi itu digelar workshop Co Creation Tradisional Dance yang merupakan bagian dari program inovasi seni Nusantara tahun 2025.

Program yang menjadi bagian dari hibah BIMA 2025 dan didanai Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemendiktisaintek ini berangkat dari pengalaman program seniman mengajar pada awal 2000-an.

Inisiatif digagas akademisi komunikasi Universitas Mercu Buana yang dipimpin Henni Gusfa bersama Engga Probi Endri dan Anggi Dwi Astuti, bekerja sama dengan koreografer Benni Krisnawardi dari Sigma Dance Theater dan mitra sasaran Firman Hidayat Mahmud.

Program inovasi tersebut bertujuan menghidupkan kembali warisan tari tradisional Nusantara melalui kemasan baru yang lebih kontemporer. Kegiatan dilaksanakan di destinasi wisata Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, yang menjadi pusat pengembangan seni budaya pesisir Banten.

Pelatihan co-creation traditional dance dimulai 27 Oktober 2025 di Sanggar Gentra Taruna, Kelurahan Tanjungjaya, Kecamatan Panimbang, dengan rangkaian pelatihan koreografi, media sosial dan desain intensif. Program ini menandai babak baru pelestarian seni lokal berbasis swakelola pertunjukan digital.

Sanggar Gentra Taruna dijadikan prototipe pelestarian seni tari tradisional yang disajikan dalam bentuk kontemporer. Dengan sejarah panjang membina generasi penari muda, sanggar ini dinilai sebagai lokasi strategis untuk mengimplementasikan program transformatif.

“Melalui program ini, sanggar tidak hanya berfungsi sebagai ruang latihan, tetapi juga sebagai laboratorium kreativitas di mana teknik tradisional bertemu dengan metode pengajaran kontemporer,” kata Lurah Tanjungjaya, Astaka.

Sebanyak 20 peserta dari kalangan pelajar SMK dan SMP mengikuti pelatihan yang melibatkan instruktur sekaligus pengajar sekolah. 

Mereka merancang dan mementaskan karya tari yang autentik namun relevan dengan perkembangan seni pertunjukan saat ini. 

Fokus pelatihan mencakup gerak dasar, ekspresi dan interpretasi, harmonisasi musikalitas serta penguatan mentalitas panggung baik secara luring maupun digital.

"Semoga program ini secara berkelanjutan membantu kami mengembangkan diri dengan karya kedaerahan yang mengglobal dengan bantuan seni pertunjukan digital," ujar salah satu peserta, Firman. (E-4)