Nepal: Tekanan Publik dan Runtuhnya Kekuasaan

5 hours ago 4
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi: Demokrasi, suara rakyat Nepal. (Aaron Santelices, under the Unsplash License)

Perdana Menteri Nepal akhirnya mengundurkan diri setelah gelombang protes besar-besaran mengguncang Kathmandu. Keputusan ini bukan sekadar hasil spontan, melainkan puncak dari kekecewaan rakyat yang menumpuk bertahun-tahun. Larangan pemerintah terhadap media sosial hanya menjadi percikan terakhir yang memicu ledakan kemarahan publik.

Fenomena ini menunjukkan betapa rapuhnya legitimasi kekuasaan ketika pemimpin tidak peka terhadap aspirasi rakyat. Korupsi yang merajalela, gaya pemerintahan yang otoriter, dan kesulitan ekonomi yang menekan kehidupan sehari-hari menciptakan jurang ketidakpercayaan. Begitu muncul kebijakan kontroversial, massa segera menjadikannya simbol perlawanan.

Jika ditelusuri, pola ini tidak hanya terjadi di Nepal. Empat tahun terakhir, Asia Selatan berulang kali diguncang protes rakyat yang berujung pada tumbangnya penguasa. Pada 2022, Sri Lanka menyaksikan presiden jatuh setelah krisis pangan, bahan bakar, dan obat-obatan yang melumpuhkan kehidupan rakyat.

Dua tahun kemudian, Bangladesh mengalami gelombang serupa. Mahasiswa dan generasi muda memimpin aksi menentang represi politik dan korupsi yang mencekik. Akhirnya, pemerintah yang berkuasa lama harus menyerah pada "tekanan jalanan".

Nepal kini menjadi negara ketiga dalam pola beruntun ini. Masyarakatnya tidak lagi diam ketika hak-hak dasar dibatasi. Larangan media sosial tidak hanya dianggap pembatasan akses informasi, tetapi juga simbol pengendalian suara publik. Ketika suara dibungkam, teriakan di jalanan justru semakin keras.

Fenomena ini memperlihatkan wajah demokrasi yang hidup meskipun penuh gejolak. Rakyat menolak diperlakukan hanya sebagai penonton: mereka menuntut ruang partisipasi. Korupsi dan kesewenang-wenangan birokrasi tidak lagi bisa ditutup-tutupi dengan retorika pembangunan semu.

Sebagaimana dicatat dalam The Washington Post, 10 September 2025, berjudul “4 years, 3 protest movements: How public fury toppled leaders in Nepal, Sri Lanka and Bangladesh” oleh Sheikh Saaliq (AP), tiga peristiwa ini menunjukkan pola yang sama: ketidakpuasan rakyat akibat korupsi, pemerintahan yang otoriter, dan kesulitan ekonomi, yang kemudian disulut oleh keputusan politik kontroversial. Analisis ini relevan dengan pandangan Alexis de Tocqueville dalam teorinya mengenai demokrasi yang menjelaskan bahwa stabilitas politik hanya dapat tercapai jika pemerintah menghormati aspirasi rakyat dan membuka ruang kebebasan sipil.

Ilustrasi peta Nepal. Foto: Shutterstock

Dalam perspektif aspirasi rakyat, kejatuhan tiga rezim ini adalah manifestasi bahwa masyarakat tidak lagi ingin diperintah dengan tangan besi. Demokrasi yang sehat bukan hanya soal prosedur pemilu, melainkan juga bagaimana suara rakyat dijadikan rujukan utama dalam kebijakan publik.

Dari kacamata teori, Tocqueville mengingatkan bahwa demokrasi akan gagal jika pemerintah mengabaikan keadilan sosial. Rakyat akan mencari jalannya sendiri untuk menegakkan aspirasi, termasuk lewat aksi protes. Pola itu nyata terlihat di jalanan Kolombo, Dhaka, hingga Kathmandu.

Implikasi bagi kehidupan rakyat di masa depan cukup signifikan. Jika pemerintahan baru di Nepal maupun negara-negara lain di kawasan itu mampu mengambil pelajaran, maka kebijakan yang lebih inklusif dan transparan bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun, jika pola lama diulang, ketidakpuasan serupa bisa kembali meletus.

Pelajaran penting yang dapat ditarik adalah perlunya tata kelola negara yang responsif dan akuntabel. Pemimpin tidak bisa lagi mengandalkan kekuasaan formal belaka. Legitimasi sejati lahir dari kepercayaan rakyat yang merasa haknya dihargai.

Selain itu, krisis di tiga negara ini menegaskan bahwa generasi muda, khususnya Gen Z, kini menjadi motor utama perubahan politik. Mereka lebih peka terhadap isu kebebasan, lebih cepat marah terhadap ketidakadilan, dan lebih berani melawan status quo.

Maka, tata kelola negara yang appropriate harus menempatkan rakyat sebagai pusat. Transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan hak sipil menjadi kunci. Tanpa itu, gelombang protes tidak hanya mungkin, tetapi juga hampir pasti kembali muncul.

Akhirnya, kisah Nepal, Sri Lanka, dan Bangladesh memperingatkan dunia bahwa suara rakyat adalah kekuatan yang tak bisa dipadamkan. Sejarah empat tahun terakhir di Asia Selatan adalah bukti hidup bahwa demokrasi selalu menemukan jalannya meskipun harus melalui jalan berliku penuh gejolak.

Read Entire Article