Sambut Dies Natalis Ke-56, Unwidha Klaten Gelar Wayang Kulit

Rektor Unwidha Prof Triyono didampingi Ketua Panitia Nanik Herawati menyerahkan wayang tokoh Bima kepada dalang Ki Tegar Wisnu Gemilang.(MI/Djoko Sardjono)

UNIVERSITAS Widya Dharma (Unwidha) Klaten, Jawa Tengah, menggelar wayang kulit semalam suntuk di halaman gedung rektorat, Jumat (28/11). Pergelaran seni budaya ini dalam rangka menyambut Dies Natalis ke-56 Unwidha dan peringatan Hari Wayang Dunia.

Pentas wayang kulit yang dibawakan dalang muda Ki Tegar Wisnu Gemilang, mahasiswa smester V Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Unwidha Klaten, menyajikan lakon Bima Suci. Dalam pergelaran ini pengiringnya juga para seniman muda.

Pergelaran wayang kulit Unwidha Klaten, dihadiri Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, Slamet, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Ketua Yayasan Pendidikan Indonesia, serta Rektor dan Dosen Unwidha Klaten.

Ketua Panitia Nanik Herawati mengatakan, bahwa sebelum pergelaran wayang dimulai, mahasiswa Unwidha Klaten menampilkan kesenian tradisional, seperti Tari Gambyong dan seni karawitan. Ini ditampilkan sebagai upaya melestarikan budaya daerah.

“Keberlanjutan budaya Jawa sangat bergantung pada keterlibatan generasi muda. Kampus pun memiliki peran strategis dalam menjaga dan melestarikan budaya. Peran ini penting dalam menanamkan nilai karakter dan identitas budaya bangsa,” jelasnya. 

Dalam kesempatan tersebut, Rektor Unwidha Prof Triyono didampingi Ketua Panitia Nanik Herawati menyerahkan wayang tokoh Bima kepada dalang Ki Tegar Wisnu Gemilang. Pergelaran wayang yang meriah ini menjadi hiburan warga masyarakat.

Rektor Unwidha Klaten dalam sambutannya mengatakan, bahwa penyelenggaran pentas wayang kulit itu bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-56 Unwidha Klaten pada 19 Desember, serta memperingati Hari Wayang Dunia 7 November 2025.

PENDIDIKAN KARAKTER
Pertunjukan wayang kulit, menurut Triyono, memiliki fungsi sangat strategis dalam pendidikan karakter utamanya bagi generasi muda penerus bangsa. Wayang dipilih karena seni kearifan lokal daerah ini memadukan estetika dan ajaran moral. 

“Perlu dipahami, bahwa pertunjukan wayang itu tidak hanya sebagai hiburan atau tontonan, tetapi juga mengandung tuntunan tentang bagaimana manusia memahami diri dan menjaga hubungan dengan Yang Maha Agung,” ujar Rektor Unwidha.

Bupati Klaten diwakili Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Slamet, menyampaikan apresiasi kepada Unwidha yang menggelar wayang kulit dalam menyambut Dies Natalis ke-56 dan peringatan Hari Wayang Dunia 7 Desember 2025.

Wayang kulit yang juga merupakan media pendidikan, adalah salah satu karya adiluhung bangsa Indonesia,  khususnya budaya Jawa. Pun, wayang telah diakui dunia (UNESCO) sebagai warisan budaya tak benda yang ditetapkan pada 7 November 2003. 

“Di tengah arus modernisasi dan budaya digital, keberanian mahasiswa dalam hal ini Tegar Wisnu Gemilang mendalami seni pedalangan, adalah hal yang luar biasa dan patut diapresiasi. Ini jejak positif yang pelu diikuti para generasi muda,” ujarnya. (E-2)