
BADAN Karantina Indonesia (Barantin) melepas ekspor salak ke Vietnam, Thailand, Kamboja, dan Tiongkok. Kegiatan ini merupakan bukti bahwa Baratin terus berkomitmen kuat dalam mendukung penguatan ekspor nasional.
"Kami (Badan Karantina Indonesia) tidak hanya menjaga keamanan hayati komoditas ekspor, tetapi juga mengedukasi pelaku usaha agar memenuhi standar negara tujuan ekspor sesuai protokol fitosanitari,” ungkap Kepala Barantin, Sahat M Panggabean saat melepas ekspor salak dan bimbingan teknis akselerasi ekspor hilirisasi produk olahan susu di Sleman, Yogyakarta, Kamis (9/10).
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, misalnya, hingga Oktober 2025 tercatat menorehkan pendapatan dari ekspor sebesar Rp787,5 miliar. Pendapatan ini didominasi dengan ekspor kulit kambing, tokek, tenggiri, kerapu, vanili dan salak yang akan diekspor ke Tiongkok sebanyak 5,4 ton.
Menurut Sahat, kegiatan pendampingan dan sertifikasi karantina tersebut merupakan bentuk nyata kontribusi Barantin terhadap visi Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, terutama dalam upaya melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi serta membangun dari desa dan dari bawah demi pemerataan ekonomi nasional.
Lebih lanjut, Sahat juga menjelaskan bahwa Barantin sendiri telah menerapkan layanan digitalisasi melalui sistem BEST TRUST, yang memudahkan pelaku usaha dalam memperoleh sertifikasi ekspor secara lebih cepat dan efisien, bahkan bisa dilakukan di daerah asal komoditas. Inovasi ini sekaligus mendorong peningkatan ekonomi daerah dan memperluas peluang ekspor bagi pelaku usaha lokal.
“Barantin berkomitmen kuat, menjadikan layanan karantina sebagai bagian integral dari rantai nilai ekspor nasional, menjaga negeri sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” terang Sahat.
Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto, yang hadir pada pelepasan ekspor itu mengatakan ekspor salak di Sleman menunjukkan bahwa produk unggulan desa juga mampu bersaing di pasar global dengan dukungan pembinaan dan fasilitasi dari pemerintah. Dirinya juga mendukung Barantin yang secara konsisten menyelenggarakan kegiatan bimbingan teknis akselerasi ekspor hilirisasi produk olahan susu, sebagai upaya meningkatkan nilai tambah produk peternakan lokal.
"Melalui pelatihan ini, para peternak dan pelaku UMKM diharapkan dapat mengembangkan olahan susu menjadi produk bernilai ekonomi tinggi seperti yogurt, keju, atau es krim," terang dia.
Titiek juga menekankan bahwa langkah yang dilakukan Barantin tersebut sudah sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong hilirisasi ekonomi dari desa. Barantin tidak hanya berfokus pada pengawasan biosekuriti produk impor, tetapi juga berperan sebagai economic tools dalam mendukung ekspor.
Ia juga berharap, Barantin perlu terus melanjutkan sinergi dengan berbagai pihak yang saat ini sudah berjalan, seperti dengan Bank Indonesia, pemerintah daerah, dan pelaku usaha yang merupakan wujud nyata dukungan terhadap hilirisasi dan pembangunan ekonomi desa. (E-2)