
PEMERINTAH Provinsi Sumatra Utara memilih mendatangkan 50 ton cabai merah dari Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam waktu dekat sebagai upaya menekan laju inflasi di wilayahnya. Cabai merah diyakini menjadi komoditas penyumbang angka inflasi Sumut paling signifikan pada September.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumut Togap Simangunsong mengatakan, pasokan cabai merah tersebut akan didistribusikan dalam tiga tahap. "PT AIJ, Dirga Surya dan PPSU sudah ke Jawa Timur untuk mendapatkan pasokan dari sana. Ada 50 ton cabai yang akan didistribusikan dalam tiga tahap," ungkapnya, Jumat (10/10).
Pada tahap pertama, sebanyak 16 ton cabai merah dari Jember akan disalurkan, sisanya disusul tahap kedua dan ketiga. Distribusi cabai akan dipusatkan di Pasar Induk Lau Cih, bekerja sama dengan PD Pasar Medan dan BUMD Deliserdang sebagai tempat penampungan sementara.
Dari 16 ton cabai tahap pertama, sebanyak 10 ton di antaranya akan didistribusikan ke Pasar Induk Lau Cih, 1,5 ton ke Deliserdang dan sisanya ke Kedai Kolaborasi Pasar Medan.
"Para distributor nantinya akan membeli cabai dari Lau Cih. Harga jual di tingkat konsumen ditetapkan Rp55.000 per kg, sesuai Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 12 Tahun 2024," jelas Togap.
BISA MENEKAN HARGA
Dia berharap langkah ini berdampak nyata dalam menekan harga cabai merah dan menjaga inflasi daerahnya terkendali. Pemprov juga menyiapkan langkah pendukung melalui Gerakan Pangan Murah (GPM) agar masyarakat mudah mengakses bahan pokok dengan harga terjangkau.
Plt Dirut Perusahaan Umum Daerah (PUD) Pasar Medan Agus Saputra memastikan pihaknya siap berkolaborasi menjaga inflasi di Sumut agar terkendali. Dia mengatakan di Pasar Induk Lau Cih saat ini mempunyai tempat penyimpanan untuk cabai merah dengan kapasitas 10 ton. "Ketahanannya bisa sampai dua hari. Kami sebagai transformer antara PT AIJ ke pedagang distributor," ujarnya.
Dia menyebutkan harga terkini cabai merah di pasar tersebut dijual dengan harga Rp75.000 per kilogram (kg) untuk cabai merah gunung, dan Rp65.000 per kg untuk cabai merah dari Jawa.
Kepala Biro Perekonomian Sumut Poppy Marulita Hutagalung menyampaikan, pemprov akan memaksimalkan peran BUMD yang mengelola pangan. Seperti PT Aneka Industri dan Jasa (AIJ), Dirga Surya dan Pembangunan Prasarana Sumatera Utara (PPSU), sebagai penyalur utama.
Kemudian melalui distributor hingga ke pedagang pasar. Penyaluran cabai merah ini juga akan melalui Bulog melalui Rumah Pangan Kita (RPK) dan Toko Pangan Kita (TPK).
TINGKAT INFLASI
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi Sumut (yoy) pada September 2025 mencapai 5,32%, naik dari 4,42% pada Agustus 2025. Kenaikan inflasi ini menjadi sinyal merah bagi pengendalian harga pangan di Sumut.
Angka inflasi tersebut menurut Mendagri Tito Karnavian menjadi yang tertinggi dari seluruh provinsi lain. Tito pun menegur Gubernur Sumut Bobby Nasution atas catatan tersebut. Komoditas penyumbang inflasi terbesar di antaranya cabai merah, emas perhiasan, bawang merah, bawang putih, cabai rawit, cabai hijau, beras, dan daging ayam.
KOLABORASI
Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara Abdul Khalim mengungkapkan, program intervensi yang dilakukan merupakan kolaborasi pemprov dengan kabupaten/kota sebagai aksi cepat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumut. Mereka lah yang memutuskan untuk segera mendatangkan dari wilayah lain saat mengalami defisit.
"Posisi pasokan (cabai merah) kita secara tahunan surplus. Khusus bulan ini mengalami defisit. Dengan adanya intervensi, harga cabai merah di pedagang diharapkan akan turun di harga jual wajar, tentunya tanpa merugikan para petani," ujarnya.
Melalui intervensi yang dilakukan, katanya, akan menimbulkan kepercayaan masyarakat bahwa pemerintah hadir dalam menjaga ketersediaan pasokan. Pasokan cabai digelontorkan di Medan dan Deliserdang lantaran keduanya menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Sumut. (E-2)