
Langit Kabupaten Tangerang, terutama Kecamatan Sindang Jaya, kerap dikotori asap pembakaran sampah yang diduga berasal dari sejumlah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) liar. Ironisnya kebanyakan sampah yang tertumpuk berdatangan dari luar wilayah alias sampah kiriman.
Demikian diungkapkan Moch. Maesyal Rasyid, Bupati Kabupaten Tangerang saat menghadiri kampanye Kampanye “Generasi Bersih 2025 - Ayok Tangerang Langit Biru” yang diselenggarakan perusahaan pengembang Alam Sutera Group serta Pemerintah Provinsi Banten di Suvarna Sutera, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (9/10).
Kampanye diikuti 2.000 peserta siswa/siswi sekolah di Kecamatan Sindang Jaya dengan melakukan jalan sehat sepanjang 2.4 kilometer sambil memunguti sampah yang mereka temukan.
Isu pembakaran sampah ini, lanjut Maesyal, mengemuka pada 2023 dan kini masih terjadi. Akibatnya, kondisi udara menjadi buruk serta berimbas kepada kesehatan dan produktivitas warga. Berdasarkan aplikasi Nafas, yang mengukur kualitas udara, Kabupaten Tangerang masuk kategori merah atau tidak sehat.
Gubernur Provinsi Banten Andra Soni menyatakan Banten setiap harinya menghasilkan 8.000 ton sampah yang hingga kini masih ditangani dengan sistem open dumping. Banten baru memiliki tiga TPS berkonsep Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R), salah satunya di Suvarna Sutera yang menyerap 5 ton sampah perhari yang sebelumnya diangkut ke TPA Jatiwaringin.
“Baru 13% dari 8.000 ton sampah yang dihasilkan setiap hari itu yang bisa diolah. Pengelolaan sampah secara baik dan benar adalah tugas kolektif,” kata Andra Soni.
Kegiatan Ayok Tangerang Langit Biru juga melibatkan Veritas Edukasi Lingkungan yang mempromosikan pengelolaan sampah organik dan nonorganik serta jurnalis Jerman Benedict Wermter atau Bule Sampah. Wermter memiliki pengalaman dalam ekonomi sirkular plastik , meneliti dan menyelidiki rantai pasokan plastik dan telah menerbitkan beberapa artikel, dokumenter, dan buku. (X-8)