
DOKTER spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan kardiologi pediatrik dan penyakit jantung bawaan Asmoko Resta Permana mengatakan tata laksana penyakit jantung bawaan (PJB) yang tepat sejak awal dapat mengurangi dampak kerusakan organ yang lebih parah.
"Yang paling sedikit risikonya itu penutupan lubangnya, atau kalau sempit dikembangkan dengan balon dengan metode kateterisasi jantung tanpa operasi, terus metode kedua adalah operasi bedah jantung," kata Asmoko, Rabu (20/8).
Dokter lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan tata laksana melalui kateterisasi (tanpa operasi) merupakan metode yang paling aman.
Alat kateter dimasukkan melalui pembuluh darah paha disertai dengan alat khusus occluder atau penyumbat untuk menutup celah atau lubang pada dinding jantung.
Melalui metode ini, lanjutnya, pasien tidak melakukan operasi besar dengan membelah dada yang membutuhkan waktu pemulihan lebih lama.
Prosedur tanpa radiasi lain juga dilakukan dengan panduan transesophageal echocardiography (TEE) yang memasukkan alat melalui tenggorokan untuk mendapatkan pencitraan yang lebih presisi karena dekat dengan jantung.
"Memang ini kita harus analisis benar-benar karena mekanismenya hanya disangkutkan, tidak dijahit, artinya ada sedikit risiko, kurang dari 1% lepas alatnya, tapi hal itu sangat-sangat jarang terjadi, dan kalau pun terjadi kita punya metode untuk menangkap alat itu lagi," kata Asmoko.
Ia mengatakan pada penyakit jantung bawaan atrial septal defect (ASD) lubang pada dinding antara bilik jantung memiliki lubang kecil, namun bisa menutup seiring pertumbuhan anak.
Lubang pada dinding jantung yang besar bisa menyebabkan kebocoran aliran darah ke bilik-bilik jantung yang akhirnya memberatkan kerja jantung.
Kebocoran ini bisa menyebabkan komplikasi seperti gagal jantung, gagal ginjal karena aliran darah tidak mengalir ke ginjal, dan hipertensi paru karena kebocoran tekanan tinggi membanjiri paru-paru.
Komplikasi ini bisa juga diperparah dengan infektif endokarditis seperti infeksi karena gigi bolong yang membuat kuman masuk ke pembuluh darah dan menyerang jantung yang bocor.
"Kalau sudah ada komplikasi gagal jantung, hipertensi paru, obat-obatan yang diberikan hanya bisa mengurangi gejala, tidak bisa menyembuhkan, jadi memang kalau kelainannya struktur, maka strukturnya yang kita harus perbaiki," kata Asmoko.
Asmoko mengatakan tata laksana yang cepat dan tepat juga bisa mengembalikan kualitas hidup anak yang mengidap PJB sejak lahir dengan mencegah kerusakan paru lebih awal. (Ant/Z-1)