
SELAMA 13 tahun pemberontakan melawan rezim Baath Bashar al-Assad, perempuan Suriah mendapati diri mereka berada di garis depan perang, di luar kehendak mereka. “Rezim Suriah menggunakan perempuan sebagai senjata, dan untuk menekan masyarakat,” jelas Hala Haza, salah satu pendiri Women Survivors, sebuah LSM yang juga dikenal sebagai Najiyat dalam bahasa Arab.
“Perempuan sering dikaitkan dengan kehormatan. Rezim memanfaatkan hal ini untuk menggunakan mereka guna menghancurkan revolusi dan masyarakat Suriah,” ujar Haza seperti dilansir France24, Sabtu (18/10).
Metode ini khususnya digunakan untuk meneror penduduk ketika kekuatan rezim berada pada titik terlemahnya.
“Periode antara tahun 2013 dan akhir tahun 2017 menyaksikan insiden kekerasan seksual dan penyiksaan tertinggi di dalam tahanan. Terjadi banyak pertempuran,” jelas Mohammed Al Sharif, dari LSM Suriah, Lawyers and Doctors for Human Rights (LDHR).
Sejak 2012, LDHR telah mendokumentasikan lebih dari 700 kasus kekerasan seksual di seluruh Suriah. Al Sharif, seorang dokter yang terlatih dalam Protokol Istanbul--seperangkat pedoman internasional untuk dokumentasi medis penyiksaan, kekerasan seksual, dan dampaknya--telah menangani 107 kasus yang melibatkan pria, perempuan, dan anak-anak.
"Semua bentuk penyiksaan seksual di dalam tahanan dipilih dengan cermat dan digunakan berulang kali," jelas dokter Suriah yang bertugas di Idlib, provinsi basis oposisi anti-Assad.
"Kekerasannya berulang dan sistematis. Ada instruksi yang kemungkinan besar berasal dari otoritas yang lebih tinggi."
Setiap pusat penahanan memiliki praktiknya masing-masing. "Di setiap cabang, terdapat pola kekerasan seksual serius yang berulang, tetapi berbeda-beda di setiap cabang," jelas Al Sharif. Di beberapa penjara, perempuan sering diperkosa. Di penjara lain, mereka dipaksa membuka pakaian atau alat kelaminnya disetrum.
Cabang 235, yang lebih dikenal sebagai Cabang Palestina (Far Falastin dalam bahasa Arab), adalah salah satu penjara yang dikelola oleh Direktorat Intelijen Militer Assad yang ditakuti. Lainnya adalah Cabang 215, yang dijuluki 'Cabang Kematian', di pinggiran ibu kota. (France24/B-3)