Malabahasa di Hari Merdeka

5 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
MI/Seno MI/Seno(Dok. Pribadi)

INDONESIA sudah memasuki usia ke-80 tahun pada Agustus 2025. Usia yang cukup matang jika dianalogikan dengan manusia. Namun, di tengah geliat pembangunan dan semangat menuju Indonesia emas 2045, terselip satu hal yang jarang jadi sorotan utama, yaitu dinamika bahasa negara. Ya, bahasa Indonesia yang pernah dielu-elukan sebagai lambang persatuan kini justru mengalami kegalauan identitas. Ia harus bersaing dengan bahasa asing yang makin merajalela di ruang publik.

Layaknya menapak di jalan raya, bahasa Indonesia tengah beradu di lalu lintas global yang padat. Di satu sisi, bahasa Indonesia terus dipakai dalam komunikasi formal, tetapi di bagian lain ia terdesak oleh bahasa asing yang dinilai lebih penting. Oleh karena itu, menjelang usia ke-80 ini, sudahkah bahasa Indonesia merdeka di negeri sendiri?

BAHASA DI SEKITAR KITA

Beberapa hari lalu, saya menaiki kereta jarak jauh keluaran terbaru dari PT KAI. Meskipun nyaman karena kereta model baru, saya sedikit terusik dengan iklan di layar informasi yang bertuliskan 'next stop station', 'current station', dan 'estimated time of arrival'. Tidak ada padanan dalam bahasa Indonesia, padahal mayoritas pengguna kereta ialah warga lokal yang lebih akrab dengan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Inggris.

Mengapa tidak menuliskan 'stasiun tujuan berikutnya', 'stasiun saat ini', dan 'perkiraan waktu tiba'? Apakah menggunakan bahasa Indonesia pada layar informasi itu akan mengurangi keistimewaan dari kereta model baru? Jawabannya tentu tidak.

Alih-alih menggunakan tulisan 'pencuci kaki', 'meja perawatan bayi', dan 'tekan untuk membuka pintu', papan informasi di kereta tersebut cenderung menggunakan 'foodwasher', 'baby care desk', dan 'press the door open'. Meskipun hanya di beberapa tempat, rasanya penggunaan bahasa asing itu mencederai rasa nasionalisme kita terhadap bahasa nasional.

Bahkan, di media sosial pun penggunaan bahasa asing masih ditemukan, seperti 'the grand opening ceremony central station', 'field trip', 'suite class compartment', dan 'coming soon' jika dibandingkan dengan menggunakan 'peresmian stasiun pusat', 'kunjungan lapangan', 'kompartemen kelas suite', dan 'segera hadir'.

Fenomena itu menunjukkan sikap berbahasa kita telah bergeser dari jalan yang semestinya, yaitu mengutamakan bahasa Indonesia. Bahasa asing, terutama bahasa Inggris, bukan saja sekadar tempelan belaka, melainkan juga pengganti fungsi bahasa Indonesia dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Ruang publik yang dekat dengan masyarakat justru dijejali bahasa asing dan menyisihkan bahasa sendiri.

Hari Kemerdekaan ini menjadi momentum baik untuk pembenahan bahasa. Di negeri yang telah merdeka selama lebih dari delapan dekade ini, bahasa Indonesia mesti dirayakan sebagai bahasa yang merdeka, bahasa yang menyatukan, dan bahasa yang berdaulat.

TERPINGGIRKAN DI RUMAH SENDIRI

Fenomena degradasi atas sikap pengutamaan bahasa Indonesia di ruang publik bukan semata soal pilihan kata di papan fasilitas umum, melainkan juga lebih dalam lagi menyangkut cara kita memaknai, menghormati, dan memosisikan bahasa sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa Indonesia seolah hanya digunakan di buku-buku sekolah, teks pidato, teks pewara, dan di naskah skripsi, walakin dipinggirkan di pusat perbelanjaan, hotel, maupun restoran. Jika dibiarkan, lambat laun bahasa Indonesia menjadi pemeran figuran di panggung bahasa.

Penggunaan bahasa Inggris di ruang-ruang publik, sadar maupun tidak, menumbuhkan anggapan bahwa bahasa Inggris tampak lebih elegan, lebih keren, lebih internasional. Padahal, mayoritas masyarakat kita lebih akrab dengan 'layanan mandiri', 'barang baru', ataupun 'promo waktu tertentu' jika dibandingkan dengan 'self service', 'new arrival', dan 'happy hour promo'.

Dalam ilmu bahasa, ada dua istilah yang dapat menjelaskan kondisi ini, yaitu kompetensi dan performansi bahasa. Keduanya berkelindan dengan cara bertutur pengguna bahasa jati. Yang pertama berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki penutur tentang tata bahasa, kosakata, dan aturan penggunaan bahas, sedangkan performansi bahasa berkaitan dengan praktik nyata penggunaan bahasa tersebut dalam komunikasi sehari-hari.

Dalam konteks ruang publik, masyarakat Indonesia sebenarnya memiliki kompetensi bahasa Indonesia yang baik karena mempelajarinya sejak kecil. Kompetensi itu akan sempurna jika bahasa dalam konteks ruang publik juga menggunakan bahasa Indonesia. Intuisi kebahasaan penutur asli bahasa Indonesia akan lebih mudah memahami ungkapan dari bahasa Indonesia meskipun mereka juga mengerti bahasa asing. Dominasi bahasa Inggris di ruang-ruang masyarakat menimbulkan kesenjangan bahasa. Mereka memahami kaidah, tetapi sering disuguhkan bahasa yang bukan milik mereka.

Inilah ironi besar yang kita pelihara tanpa sadar. Negara yang dibangun dengan semangat keindonesiaan justru mengesampingkan bahasa Indonesia itu sendiri. Jika bahasa ialah identitas bangsa, malabahasa yang terjadi sekarang ibarat memberikan singgasana kepada tamu, sedangkan kita duduk berimpitan. Kita selalu menilai rumput tetangga lebih hijau dan melupakan bahwa rumput yang kering, jika dirawat, akan lebih hijau. Jangan sampai kita membuka payung sesudah kuyup. Kesadaran kita baru muncul ketika bahasa Indonesia telah dilupakan.

Kemerdekaan bukan saja perihal upacara bendera, atraksi pesawat terbang, dan kegiatan simbolis lainnya, melainkan juga berkenaan dengan menjaga identitas nasional, salah satunya bahasa Indonesia. Senyampang ini pula bahasa Indonesia telah diakui UNESCO sebagai salah satu bahasa resmi Konferensi Umum UNESCO. Pengakuan itu bukan hanya simbol prestise, melainkan juga bukti bahwa bahasa Indonesia memiliki daya hidup dan peran strategis di kancah global.

Pengakuan UNESCO seharusnya menjadi pelecut semangat bagi kita untuk merawat dan memartabatkan bahasa Indonesia di ruang publik. Jika dunia saja memberi tempat terhormat bagi bahasa Indonesia, mengapa kita masih ragu memakainya dengan bangga di pusat perbelanjaan, hotel, terminal, atau media sosial? Kedaulatan bahasa tidak hanya ditentukan oleh pengakuan luar, tetapi juga oleh kesadaran kolektif kita untuk menjadikannya tuan rumah di negeri sendiri.

PURITANISME BAHASA

Ada anggapan bahwa ikhtiar pengutamaan bahasa Indonesia di ruang-ruang publik dinilai sebagai bentuk penolakan terhadap bahasa asing. Justifikasi itu mengacu pada keinginan untuk 'menasionalisasikan' bahasa asing di ruang publik. Bahasa Inggris, sebagai bahasa global, tentu tetap penting sebagai bahasa internasional yang membuka akses ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi global. Namun, penerapan bahasa itu harus sesuai dengan konteksnya. Ketika kita berada di Indonesia, sudah barang tentu bahasa nasional yang diutamakan.

Xenofilia terhadap bahasa asing perlu diarahkan pada waktu dan tempat yang tepat. Penggunaan bahasa asing yang berlebihan mampu mengikis kompetensi dan performansi penggunaan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia di ruang publik ialah bentuk penghormatan terhadap identitas nasional, sebagaimana bangsa lain bangga menggunakan bahasa mereka di ranah publik.

Dalam konteks inilah semboyan Trigatra Bangun Bahasa, utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing, menjadi pedoman yang relevan. Semboyan itu menegaskan keseimbangan antara bahasa Indonesia yang harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bahasa daerah yang tetap dijaga sebagai warisan budaya, dan bahasa asing yang perlu dikuasai sebagai jendela dunia. Jika ketiga gatra itu berjalan serasi, Indonesia emas 2045 akan diisi manusia yang berpikir global dan bertindak lokal (think globally and act locally).

Upaya itu bukan soal puritanisme bahasa, melainkan upaya bersama untuk menjadikan bahasa Indonesia lebih bermartabat dan bermanfaat.

MENUJU KEMERDEKAAN BAHASA YANG SEJATI

Kemerdekaan bahasa tidak cukup diperingati dengan lomba pidato atau upacara bendera tahunan. Kemerdekaan sejati ialah saat bahasa Indonesia hadir dan dihormati di setiap ruang-ruang kehidupan, baik di dunia maya maupun dunia nyata, baik di kota besar maupun di sudut desa. Pengutamaan bahasa Indonesia ialah bagian integral dari penghormatan terhadap sejarah perjuangan para pahlawan bangsa untuk mencapai kemerdekaan.

Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, telah meng...

Read Entire Article