
KANKER payudara masih menjadi ancaman terbesar bagi perempuan Indonesia. Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022, tercatat 66.271 kasus kanker payudara di Indonesia. Angka ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker dengan jumlah kasus tertinggi sekaligus penyebab kematian utama di kalangan perempuan, melampaui kanker serviks dan ovarium.
Meskipun kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini mulai meningkat, dokter spesialis bedah onkologi RSU Bunda Jakarta, Reza Musmarliansyah, mengungkapkan bahwa banyak pasien masih datang dalam kondisi stadium lanjut. Hal ini berdampak pada tingginya angka kematian dan meningkatnya kerumitan proses rekonstruksi pascaoperasi.
“Masih banyak pasien yang datang dengan tumor besar atau sudah menyebar, sehingga tindakan medis menjadi lebih kompleks,” ujar Reza Musmarliansyah ujarnya dalam sesi diskusi di RSU Bunda, Jakarta, Jumat (10/10).
Ia menambahkan bahwa penanganan kanker payudara tidak hanya berhenti pada pengangkatan jaringan kanker, tetapi juga menyangkut pemulihan fisik dan psikologis pasien.
"Bagi banyak perempuan, operasi payudara bukan hanya soal medis, tapi juga soal kepercayaan diri dan kualitas hidup,” jelasnya.
Penyintas kanker payudara sekaligus anggota komunitas Love Pink, Laksmi Notokusumo, menuturkan bahwa banyak pasien dihadapkan pada dilema: menjalani operasi konvensional dengan risiko kehilangan bentuk tubuh atau menunda pengobatan karena takut dengan hasil estetika.
“Ketakutan kehilangan bentuk tubuh sering membuat perempuan enggan memeriksakan diri lebih awal,” ujar Laksmi Notokusumo dalam kesempatan yang sama.
Sementara itu, Ivan Rizal Sini, President Commissioner PT Bundamedik Tbk, menyoroti ketimpangan akses terhadap pengobatan kanker modern di Indonesia. Tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas memadai maupun tenaga ahli onkologi.
“Akses hanya bisa dicapai kalau alatnya ada, dokternya ada, dan pasiennya mendapat edukasi yang benar,” ujar Ivan.
Kanker payudara hingga kini masih menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan nasional. Tanpa pencegahan dini oleh pasien, akses layanan yang setara, dan edukasi masyarakat yang konsisten, angka kematian akibat penyakit ini dikhawatirkan akan terus meningkat. (P-4)