Gubernur Bali Wayan Koster akan melakukan moratorium terhadap pembangunan akomodasi wisata dan fasilitas komersial per tahun 2025 ini. Ini untuk mencegah banjir berlanjut.
Ini adalah respons Koster, atas instruksi Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, saat rapat koordinasi (rakor) Penanganan Banjir di Rumah Jabatan Gubernur Bali pada Sabtu (13/9).
Banjir pada Rabu (10/9) lalu, menelan 17 korban jiwa, 5 orang masih hilang, sejumlah bangunan roboh/rusak dan ratusan warga mengungsi.
"Mulai tahun ini sesuai dengan haluan Bali 100 tahun, mulai 2025 sudah tidak boleh lagi ada alih fungsi lahan produktif untuk menjadi fasilitas komersial," katanya.
Koster berencana mengumpulkan pejabat daerah se-Bali agar tak memberi izin pembangunan hotel, restoran, dan lainnya. Terutama pada lahan produktif.
"Mulai tahun ini, iya (moratorium). Sudah ada instruksi kepada bupati, wali kota se-Bali. Dan setelah penanganan banjir ini kita akan kumpul lagi agar tidak lagi mengeluarkan izin, memberikan izin untuk hotel, restoran, fasilitas-fasilitas lain menggunakan lahan produktif apalagi sawah," sambungnya.
Moratorium pembangunan ini dikecualikan bagi warga yang hendak membangun rumah. Koster akan menyeleksi dengan ketat pemberian izin pembangunan perumahan bagi warga memastikan moratorium berjalan dengan baik.
"Perumahan itu sangat selektif. Kecuali itu lahan milik warga memang karena di rumahnya," katanya.
Hanif Faisol mengungkapkan cuaca ekstrem dan alih fungsi lahan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) menjadi dua faktor utama penyebab banjir di Bali pada Rabu (10/9) lalu.
Dia mengatakan, dalam 10 tahun belakangan setidaknya ada 459 hektare di daerah DAS terjadi pengalihan fungsi lahan. Walau angka 459 hektare itu dinilai kecil, angka ini sangat besar dibandingkan wilayah Bali yang mencapai 5 ribu kilometer.
Luas DAS di Bali mencapai 45 ribu hektare, namun DAS yang memiliki pohon hanya 15 ribu hektare atau sekitar 3 persen. Sementara itu, ideal luas DAS berpohon agar mampu menampung atau menahan hujan di tengah cuaca ekstrem sekitar 30 persen.
"Bahwa DAS di Bali itu ada Ayung, di bawahnya ada 4 DAS. Ada DAS Mati, Das Badung, Das Padu. Itu semuanya hulunya Das ayun dengan jumlah totalnya 49.500 hektare. Kemudian dari 49.500 hektare itu yang ada pohonnya hanya sekitar 1.500 hektare atau boleh dikatakan hanya 3 persen," katanya.