Liputan6.com, Jakarta - Fenomena yang mengiringi hidup manusia dalam masyarakat selalu penuh dengan paradoks. Antara keinginan untuk dihargai dan kenyataan bahwa yang sering muncul justru kritik, antara harapan untuk menerima apresiasi atas kebaikan dan fakta bahwa yang mengemuka adalah penghakiman terhadap kesalahan.
Sejarah, psikologi, dan budaya sama-sama menunjukkan bahwa manusia lebih peka terhadap kesalahan daripada kebaikan.
Fenomena ini disebut sebagai bias negatif, yaitu kecenderungan psikologis manusia untuk lebih memperhatikan, mengingat, dan merespons hal negatif daripada hal positif.
Akibatnya, dalam kehidupan sehari-hari kebaikan dianggap biasa, bahkan sesuatu yang sudah sepatutnya dilakukan, sementara kesalahan kecil sekalipun segera menjadi sorotan. Masyarakat lebih cepa...