Liputan6.com, Jakarta Musim panas lalu, Inter Milan seperti kehilangan arah. Impian meraih treble yang sempat terbuka lebar di pertengahan April berubah menjadi musim tanpa gelar. Mereka kalah bersaing dari Napoli dalam perebutan Serie A, dan lebih menyakitkan lagi, dihancurkan PSG dengan skor 0-5 di final Liga Champions di Munich — laga terakhir Simone Inzaghi sebagai pelatih. Kekalahan itu meninggalkan luka mendalam di ruang ganti Nerazzurri.
Tak banyak yang menyangka, hanya sebulan setelah tragedi di Munich, Inzaghi memilih menyeberang ke Al Hilal. Kepergiannya menandai akhir sebuah era, dan Inter berada di titik paling rapuh dalam lima tahun terakhir. Namun, di tengah puing-puing kekecewaan itu, seorang figur lama klub bangkit untuk merangkai kembali semangat yang sempat hancur — Cristian Chivu.
...