
KANTOR Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan (KPw BI Kalsel) terus memperkuat edukasi sistem pembayaran digital melalui program QRIS Jelajah Indonesia (QJI) 2025.
Kepala KPw BI Kalsel, Fadjar Majardi, di Banjarmasin, Selasa, menyampaikan bahwa 15 peserta terbaik dipilih setelah melalui seleksi ketat dari 150 pendaftar. Mereka akan mengikuti perjalanan tiga hari yang menggabungkan kegiatan edukasi keuangan digital dengan kearifan lokal.
“Melalui QJI, kami ingin meningkatkan literasi dan edukasi penggunaan QRIS bagi masyarakat,” ujar Fadjar.
Fadjar menambahkan, pendekatan yang dilakukan BI Kalsel tidak hanya fokus pada aspek digital, melainkan juga dikolaborasikan dengan budaya lokal agar lebih mudah diterima masyarakat. Rangkaian kegiatan QJI mencakup lomba bernuansa budaya hingga aktivitas yang menghubungkan teknologi pembayaran dengan tradisi setempat.
Ia berharap QRIS tidak hanya digunakan sebagai alat transaksi, tetapi juga menjadi bagian dari budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih jauh, Fadjar menjelaskan bahwa adopsi QRIS di Kalimantan Selatan terus menunjukkan tren positif. Secara nasional, Kalsel bahkan tercatat sebagai salah satu provinsi dengan pertumbuhan tercepat dalam penggunaan QRIS di kawasan Kalimantan.
“Dari waktu ke waktu progresnya sangat baik. Merchant pengguna QRIS terus bertambah, dan masyarakat semakin terbiasa menggunakan pembayaran digital. Ini menunjukkan bahwa QRIS sudah diterima luas,” ujarnya.
Menanggapi isu adanya merchant yang membatasi pembayaran tunai dan hanya menerima transaksi QRIS di atas nominal tertentu, Fadjar menegaskan hal itu bukan kebijakan Bank Indonesia. “Itu keputusan masing-masing merchant, bukan kebijakan umum. BI tidak pernah menetapkan batas minimal pembayaran untuk transaksi QRIS,” tegasnya.
Soal biaya transaksi, Fadjar menjelaskan bahwa adanya merchant discount rate (MDR) merupakan bagian dari mekanisme sistem pembayaran digital yang diatur secara proporsional agar memberi manfaat bagi semua pihak.
“QRIS membantu memudahkan masyarakat dalam bertransaksi, dan biaya yang ada adalah bagian dari teknologi yang mendukung sistem tersebut. Masukan dari masyarakat tentu menjadi perhatian kami untuk terus menyempurnakan layanan,” pungkasnya. (Ant/I-3)